Meski hari ini terdapat setumpuk persoalan yang mendera kehidupan kita, ingatlah bahwa Tuhan tetap baik. Pada saat kita menghadapi masalah atau pencobaan, Dia mempunyai rencana yang indah dan baik dalam hidup kita. Ia ingin melatih kita menjadi pribadi yang kuat dan tangguh.
Dr. Graham menambahkan, “Tak ada satu pun yang dapat lebih cepat membuat kita menjadi orang yang pahit hati, mementingkan diri sendiri, dan tidak puas, selain hati yang tidak bersyukur. Dan tidak ada yang lebih sanggup memulihkan kepuasan dan sukacita akan keselamatan kita selain roh yang tulus untuk mengucap syukur.”
eight Keesokan harinya pagi-pagi Abimelekh memanggil semua hambanya dan memberitahukan seluruh peristiwa itu kepada mereka, lalu sangat takutlah orang-orang itu.
Kedua hal diatas kiranya yang perlu mendapatkan perhatian lebih dari kita sebelum bersedekah, agar apa? Agar kita bisa bersedekah secara terus menerus, dan semakin percaya akan janji Allah SWT.
Kita sadar bahwa kita telah kehilangan makna perayaan pengucapan syukur yang sebenarnya. Kita mengeluh bahwa hari Pengucapan Syukur kita “tidak beres” karena cuaca buruk, makanan yang kurang enak, atau flu yang menjengkelkan.
Orang-orang miskin itu, tentu bukan salah mereka dan pilihan hidup mereka, namun memang keadaan yang Tuhan izinkan mereka alami yang membuat mereka terpuruk.
Kita dapat berpuas diri dan bahkan kurang bersyukur. Namun, Allah mengirimkan peringatan melalui seseorang yang baru bertobat. Ia dengan sukacita memberi kesaksian yang menggugah tentang apa yang sudah Allah lakukan di dalam hidupnya. Dan, kesaksian itu sekali lagi mengingatkan kita tentang sukacita yang kita rasakan saat kita dimerdekakan dari hukum dosa dan hukum maut (Roma eight:two).
Saya kira ini yang perlu saya sampaikan dalam kultum singkat tentang sedekah ini, semoga kultum singkat ini bisa klik disini diambil manfaat nya oleh hadirin sekalian.
"Tetapi aku, dengan ucapan syukur akan ku persembahkan korban kepada-Mu; apa yang ku nazarkan akan ku bayar. Keselamatan adalah dari TUHAN!”
Semoga Allah Swt. memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca.
Sebaliknya, orang benar dipersatukan dengan Allah yang tinggal dalam kekekalan (ayat nine). Mereka "bertunas seperti pohon kurma" dan "seperti pohon aras di Libanon" (ayat 13), lambang keindahan yang anggun dan kekuatan yang kokoh.
Dalam skripsi ini, penulis berusaha mengungkap dampak psikologis remaja akibat pengaruh teknologi electronic, sebuah isu yang semakin relevan di era modern-day ini.
Artinya: "Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan untuk memberi makan orang miskin."
Tak ada hal yang lebih besar dari menyatakan ucapan syukur atas pengorbanan dan Yesus di kayu salib untuk membayar segala dosa kita dan mengangkat kita menjadi anak-Nya. Sehingga kita patut berbahagialah atas semua itu.